Tantangan Cyber Security bagi Perusahaan Switching
Tren digitalisasi di sektor keuangan dan perbankan terus menunjukkan pertumbuhan. Pada tahun 2024 lalu, beberapa aspek seperti jumlah pengguna dan total transaksi menunjukkan pertumbuhan dibanding tahun 2023. Salah satu tulang punggung dari pertumbuhan digitalisasi ini adalah perusahaan switching.
Artajasa, sebagai salah satu perusahaan switching terbesar di Indonesia, memainkan peran vital dalam menghubungkan berbagai lembaga keuangan untuk memastikan transaksi berjalan lancar. Layanan switching memungkinkan terjalinnya interkonektivitas dan interoperabilitas di antara berbagai institusi keuangan, memfasilitasi transaksi digital dengan cepat, aman, dan andal.
Namun, di balik efisiensi yang ditawarkan, perusahaan switching juga menghadapi tantangan besar dalam menjaga keamanan data dan transaksi para penggunanya. Sebagai salah satu penyedia sistem pembayaran digital, perusahaan seperti Artajasa turut menjadi sasaran berbagai bentuk cyber crime.
Cyber Crime yang Semakin Canggih
Seiring dengan meningkatnya volume transaksi digital, ancaman cyber crime terhadap perusahaan switching semakin kompleks dan canggih. Peretas terus mengembangkan metode serangan baru untuk menembus sistem keamanan, mencuri data sensitif dari perusahaan dan pengguna, atau bahkan mengganggu operasional layanan keuangan. Perusahaan switching seperti Artajasa, yang berperan sebagai penghubung antar lembaga keuangan, menjadi salah satu target utama karena tingginya jumlah data dan transaksi yang diproses setiap hari. Jika tidak diantisipasi dengan baik, serangan ini dapat berdampak besar, mulai dari kebocoran informasi pengguna hingga terganggunya sistem pembayaran secara luas.
Berikut ini adalah beberapa jenis serangan yang paling umum terjadi dan upaya mitigasinya.
-
Malware & Ransomware
Salah satu ancaman terbesar bagi perusahaan switching adalah malware dan ransomware. Jenis serangan ini disusupkan oleh peretas ke dalam sistem melalui phishing email, lampiran file, atau mengeksploitasi celah keamanan dalam perangkat lunak.
Malware adalah perangkat lunak berbahaya yang dirancang untuk mencuri data, mengganggu sistem, atau memberikan akses tidak sah kepada peretas. Sementara itu, ransomware adalah jenis malware yang mengenkripsi data korban dan meminta tebusan agar data tersebut bisa diakses kembali. Serangan ransomware bisa berdampak besar terhadap operasional perusahaan, mulai dari transaksi tidak dapat diproses, kebocoran data sensitif pelanggan, hingga kerugian finansial akibat pembayaran tebusan atau biaya pemulihan sistem.
Untuk mengatasi ancaman malware dan ransomware, perusahaan switching menerapkan endpoint security yang dapat mendeteksi berbagai aktivitas mencurigakan di sistem perusahaan. Endpoint security sangat krusial karena berkaitan dengan data sensitif seperti nomor rekening nasabah, data transaksi, serta informasi pelanggan lainnya. Selain itu juga diterapkan proses backup data terenkripsi secara berkala agar data dapat dipulihkan jika terjadi serangan cyber.
-
DDoS (Distributed Denial of Service)
Serangan lain yang sering menargetkan perusahaan switching adalah DDoS (Distributed Denial of Service). Serangan DDoS menargetkan situs web dan server dengan mengganggu layanan jaringan yang bertujuan untuk menghabiskan sumber daya aplikasi. Peretas akan membanjiri server dengan lalu lintas palsu hingga mengganggu fungsi sistem atau bahkan terhenti total. Dalam konteks perusahaan switching, serangan ini dapat mengakibatkan terhentinya transaksi keuangan yang melibatkan perusahaan switching dan menimbulkan ketidaknyamanan bagi pengguna.
Serangan DDoS memiliki jangkauan yang luas dan menargetkan semua jenis industri serta perusahaan di seluruh dunia. Kasus serangan DDoS meningkat pesat pada 2024. Di Q3 2024 tercatat peningkatan serangan DDoS sebesar 55% dibanding Q3 2023. Serangan ini sering kali terjadi dalam skala besar dan bisa berlangsung dalam hitungan jam hingga berhari-hari.
Untuk menangkal DDoS dan menjaga kenyamanan pengguna, perusahaan switching melakukan beberapa sistem mitigasi. Pertama, sistem mitigasi berbasis cloud yang mampu menyaring lalu lintas berbahaya sebelum mencapai server utama. Kedua, mengimplementasikan load balancing untuk mendistribusikan beban kerja ke beberapa server. Ketiga, melakukan simulasi serangan secara berkala untuk menguji kesiapan sistem dalam menghadapi ancaman ini.
Kepatuhan terhadap Regulasi
Sebagai bagian dari industri keuangan di Indonesia, Artajasa harus tunduk pada regulasi dari Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). BI dan OJK mengharuskan setiap perusahaan switching untuk memiliki sistem pengamanan transaksi yang kuat dan transparan. Menjaga keamanan dalam transaksi digital menjadi bagian dari regulasi yang harus dipenuhi perusahaan switching demi menjaga kepentingan pengguna. Standar utama yang diterapkan BI dan OJK untuk menjaga keamanan transaksi digital antara lain Payment Card Industry Data Security Standard (PCI DSS) dan ISO:27001.
Melalui PCI DSS, penyedia jasa layanan switching seperti Artajasa harus memastikan data kartu pembayaran pengguna yang ditransfer melalui jaringannya terlindungi dari pencurian dan penyalahgunaan. Standar ini mengharuskan adanya enkripsi data, pembatasan akses yang ketat, serta audit keamanan yang dilakukan secara berkala untuk memastikan sistem selalu dalam kondisi optimal. Sementara itu, ISO:27001 menyediakan framework agar perusahaan di sektor perbankan dan finansial dapat mengelola dan meningkatkan perlindungan datanya dari kebocoran serta ancaman cyber crime. Selain itu, ISO:27001 juga menjadi standar yang menjamin sebuah perusahaan patuh terhadap regulasi yang berlaku.
Kepatuhan terhadap regulasi ini bukan hanya sekadar formalitas, melainkan langkah nyata untuk melindungi data dan transaksi pengguna dari ancaman cyber crime yang semakin kompleks. Oleh karena itu, Artajasa dan Bersama ID secara aktif melakukan berbagai upaya untuk mengidentifikasi serta menutup celah keamanan sebelum dapat dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
…
Sebagai perusahaan switching, Artajasa dan Bersama ID tidak hanya bertanggung jawab dalam memastikan kelancaran transaksi digital, tetapi juga dalam melindungi pengguna dari berbagai ancaman cyber crime yang semakin kompleks. Dengan menerapkan teknologi keamanan mutakhir serta memastikan kepatuhan terhadap regulasi, Artajasa dan Bersama ID terus berkomitmen untuk menghadirkan pengalaman transaksi digital yang aman, nyaman, dan terpercaya.
Sebagai pengguna layanan pembayaran digital, Anda tidak perlu khawatir. Artajasa dan Bersama ID selalu berada di garis depan dalam menghadapi ancaman cyber crime, memastikan setiap transaksi yang Anda lakukan tetap aman dan terlindungi.
Promo & Berita Serupa
Lihat Semua